RSS
MAJAPAHIT TOURISM ACADEMY SURABAYA

Museum Trinil Ngawi

Siang itu cuaca sangat panas di daerah trinil, kami dari Mahasiswa Usaha Perjalanan Wisata Akademi Pariwisata Majapahit Surabaya melakukan Studi Observasi. Setiap tahunnya memang sudah menjadi agenda rutin kampus untuk melakukan  STOB (Studi Observasi) sebagai wujud kuliah lapangan. Akademi Pariwisata Majapahit Surabaya, Jl. Raya Jemursari 244 surabaya
http://www.majapahit.org/usaha-perjalanan-wisata


Profil Museum Trinil
Trinil adalah situs paleoantropologi di Indonesia yang sedikit lebih kecil dari situs Sangiran. Tempat ini terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (kira-kira 13 km dari kota Ngawi ke arah kota Solo). Trinil merupakan kawasan di lembah Sungai Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya zaman Plistosen Tengah, sekitar satu juta tahun lalu.

            Pada tahun 1891 Eugène Dubois, yang adalah seorang ahli anatomi menemukan bekas manusia purba pertama di luar Eropa yaitu spesimen manusia Jawa. Pada 1892 Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta fosil hewan dan tumbuhan purba lain.
Dubois memulai langkah akbar setelah menamatkan pendidikan kedokterannya ia bertolak ke Sumatra pada 29 Oktober 1877 menumpang kapal The SS Prinse Amalia “Missing Link” harus dicari di daerah tropis yang tidak tersentuh dinginnya Zaman Es, “katanya. Dia akhirnya memindahkan pencarian Missing Link ke Pulau Jawa setelah mendengar temuan Manusia Wajak di Tulungagung oleh BD van Rietschoten pada 24 Oktober 1889. Kemudia Dubois menemukan tengkorak Manusia Wajak yang kedua, ketidakpuasan masih sangat pekat menyelimutinya. Meski Manusia Wajak ini sangat premitif, dia tetap manusia modern, “ujarnya. Ceritanya lain ketika Dubois menekuni endapan – endapan purba di aliran Sungai Bengawan Solo. Tanpa diduga, matanya menangkap akumulasi temuan fosil binatang didasar sungai.
Aliran sungai adalah penggali terbaik karena erosi air yang telah menggerus sedimen purba. Inilah jendela bagi Dubois untuk menengok masa lampau. Di endapan sungai purba ini kronologi kehidupan selama jutaan tahun dapat dibaca. Hingga akhirnya ia sampai di lekukan Sungai Bengawan Solo Trinil, Ngawi Jawa Timur. Nama Trinil meliputi tiga desa yang menjadi obyek penelitian Dubois, yaitu Desa Kawu, Ngancar, dan Gemarang yang hingga sekarang masih banyak ditemukan berbagai jenis fosil dikawasan sungai pada saat musim kemarau.
Pada bulan September 1891 ditemukan gigi geligi primata purba, sekitar satu meter dari temuan tersebut muncul temuan batu warna coklat kehitaman sebuah atap tengkorak manusia!” Gigi dan atap tengkorak ini berasal dari manusia yang menyerupai kera.

Tahun 1892 sekitar 15 meter dari temuan atap tengkorak, ditemukan pula tulang paha kiri yang menunjukkan tingkat fosilisasi sempurna, yang sama temuan atap tengkoraknya, meskipun mirip dengan tulang paha manusia modern. Hampir sempurna penemuan itu; gigi geligiyang premitif, sebuah atap tengkorak yang mempunyai volume otak sekitar 900 cc yang terletak antara volume otak kera (600 cc) dan volume otak manusia modern (1200 – 1400 cc) tengkoraknya sangat kecil tapi milik mahkluk masuk dalam genus Homo (manusia) yang diimplikasikan sebagai bagian dari Homo erctus, dan sebuah tulang paha kiri yang memberi kesan pemiliknya telah berjalan tegak.
Temuan tersebut oleh Dubois diberi nama Pithecanthropus erctus (manusia kera berdiri tegak). Hingga saat ini nama yang diberikan Dubois masih tetap dipertahankan, sejauh dipakai dalam konteks historis dan geografis, Pithecanthropus erctus adalah Homo erectus dari Jawa. Kemudia ditemukan Pithecanthropus lain diberbagai bagian dunia. Mauer (Jerman) dan Zhoukoudian (China). Fosil ini dimasukkan dalam genus Homo Erectus, yang mulai muncul kedunia pertama kali pada periode 1,8 juta tahun yang lalu di Afrika dan menyebar ke seluruh permukaan dunia hingga mencapai Pulau Jawa, dan punah sekitar 100.000 tahun silam.

            Saat ini Trinil berdiri sebuah museum yang menempati area seluas tiga hektar, dimana koleksinya di antaranya fosil tengkorak Pithecantrophus erectus, fosil tulang rahang bawah macan purba (Felis tigris), fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba (Stegodon trigonocephalus), dan fosil tanduk banteng purba (Bibos palaeosondaicus). Situs ini dibangun atas prakarsa dari Prof. Teuku Jacob ahli antropologi dari Universitas Gadjah Mada.
Situs Museum Trinil dalam penelitian merupakan salah satu tempat hunian kehidupan purba pada zaman Pleistosen Tengah, kurang lebih 1,5 juta tahun yang lalu yang terdapat di kota Ngawi. Situs Trinil ini amat penting sebab di situs ini selain ditemukan data manusia purba juga menyimpan bukti konkrit tentang lingkungannya, baik flora maupun faunanya.


Spot Attraction Museum Trinil
  • Diorama manusia purba dan replika tengkorak manusia purba
Wisatawan dapat menimba informasi lebih jauh dengan melihat koleksi museum yang berjumlah sekitar 1.200 fosil yang terdiri dari 130 jenis. Museum Trinil memamerkan beberapa replika fosil manusia purba, di antaranya replika Phitecantropus Erectus yang ditemukan di Karang Tengah (Ngawi), Phitecantropus Erectus yang ditemukan di Trinil (Ngawi), serta fosil-fosil yang berasal dari Afrika dan Jerman, yakni Australopithecus Afrinacus dan Homo Neanderthalensis. Kendati hanya berupa replika, namun fosil tersebut dibuat mendekati bentuk aslinya. Sementara fosil-fosil yang asli disimpan di beberapa museum di Belanda dan Jerman.
Diorama manusia purba

  • Gading gajah purba
Selain fosil manusia, museum ini juga memamerkan fosil tulang rahang bawah macan (Felis Tigris), fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus), fosil tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau), fosil tanduk banteng (Bibos Palaeosondaicus), serta fosil gading gajah purba (Stegodon Trigonocephalus). Fosil-fosil hewan ini umumnya lebih besar dan panjang daripada ukuran hewan sekarang. Misalnya saja fosil gading gajah purba yang panjangnya mencapai 3,15 meter, bandingkan dengan gajah sekarang yang panjang gadingnya tak lebih dari 1,5 meter.
Fosil gading gajah purba

  • Monumen penemuan Pithecanthropus erectus
Di halaman museum juga terdapat monumen penemuan Pithecanthropus erectus yang dibuat oleh Dubois. Pada monumen tersebut tertulis: P.e. 175m (gambar anak panah) ONO (arah timur laut), 1891/95″. Maksud dari tulisan tersebut adalah, Pithecanthropus erectus (P.e.) ditemukan sekitar 175 meter dari monumen itu, mengikuti arah tanda panah, pada ekskavasi yang dilakukan dari tahun 1891 hingga 1895.
Monumen Eugene Dubois
Arah 175m tempat penggalian di temukannya Pithecanthropus Erectus

  • Patung Gajah Purba
            Menginjakkan kaki di halaman museum, wisatawan akan disambut oleh gapura museum dengan latar belakang patung gajah purba. Patung gajah ini cukup besar untuk ukuran gajah sekarang, dengan gading yang sangat panjang, dan anatominya lebih mirip Mammoth tetapi tanpa bulu.
Patung Gajah Purba

Management Museum Trinil
Kabupaten Ngawi banyak memiliki potensi dan Obyek daya tarik wisata. Obyek wisata di kabupaten Ngawi secara cluster dibagi menjadi 2 (dua) kawasan, yaitu KENEBEJO dan JATIPANGAWITAN. Pengembangan kawasan Kenebejo difokuskan pada kawasan lereng gunung lawu untuk kegiatan wisata alam, pertanian, perkebunan, dan wisata agro. Obyek wisata dilokasi Kenebejo antara lain Kebun Teh Jamus, Air Terjun Jumok/Pengantin, Air Terjun Suwono, Sumber Air Panas Ketanggung, Rumah Batu, Air Terjun Srambang, Sumber Air Nogo, Bumi Perkemahan Selo Ondo, serta Gunung Warak. Dikawasan Jatipangawitan yaitu mulai dari karangjati sampai dengan mantingan terdapat beberapa obyek yaitu : Waduk Sangiran, Waduk Pondok, Tawun, Benteng Pendem, Trinil, dan Monumen Soerjo.
Museum Trinil dikelola oleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (DISPARIYAPURA) Kabupaten Ngawi, Sebagai pelaksananya yaitu UPT MUSEUM TRINIL sejak Mei 2013.
DISPARIYAPURA KABUPATEN NGAWI
Jl. Teuku Umar No.12 Ngawi
Telp
: (0351) 746208
Fax
: (0351) 746208
Email
: info@ngawitourism.com
Web
: ngawitourism.com
UPT MUSEUM TRINIL
Ketua
: Marta Kurniawati S.H, Spd


Estimasi Length Of Attraction Museum Trinil

Spot Attraction
Length Of Attraction
Diorama manusia purba dan replika tengkorak manusia purba
20 Menit
Gading gajah purba
3 Menit
Monumen penemuan Pithecanthropus erectus
5 Menit
Patung Gajah Purba
3 Menit

Problematika 
  • Kurang jelasnya tanda papan petunjuk dari jalan ateri menuju Museum Trinil
  • Akses jalan masuk agak rusak sepanjang 3km
  • Kurangnya informasi dalam bentuk brosur/flyer
  • Toilet tidak terawat
  • Area playground tidak terwat, banyak wahana yang rusak dan sudah tidak layak pakai

Route Map


Keterangan :
1.
Pos Ticket Masuk
2.
Tempat Istirahat
3.
Parkiran
4.
Toilet
5.
Playground
6.
Kantor
7.
Kantor
8.
Museum
9.
Monumen Eugene Dubois
10.
Lokasi Penemuan Tengkorak Pithecanthropus Erectus
11.
Aula Outdoor
12.
Patung Gajah Purba





Photo Galery

Gerbang masuk area Museum Trinil
Kantor Museum Trinil
Pintu masuk Museum Trinil
Fosil atap Tengkorak dan tulang paha kiri Pithecanthropus Erectus
Aula Outdoor

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar