http://www.majapahit.org/usaha-perjalanan-wisata
Profil
Museum Trinil
Trinil adalah situs
paleoantropologi di Indonesia yang sedikit lebih kecil dari situs Sangiran.
Tempat ini terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa
Timur (kira-kira 13 km dari kota Ngawi ke arah kota Solo). Trinil merupakan
kawasan di lembah Sungai Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan purba,
tepatnya zaman Plistosen Tengah, sekitar satu juta tahun lalu.
Pada tahun 1891 Eugène Dubois, yang adalah seorang ahli anatomi menemukan bekas manusia purba pertama di luar Eropa yaitu spesimen manusia Jawa. Pada 1892 Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta fosil hewan dan tumbuhan purba lain.
Pada tahun 1891 Eugène Dubois, yang adalah seorang ahli anatomi menemukan bekas manusia purba pertama di luar Eropa yaitu spesimen manusia Jawa. Pada 1892 Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta fosil hewan dan tumbuhan purba lain.
Dubois memulai langkah
akbar setelah menamatkan pendidikan kedokterannya ia bertolak ke Sumatra pada
29 Oktober 1877 menumpang kapal The SS Prinse Amalia “Missing Link” harus
dicari di daerah tropis yang tidak tersentuh dinginnya Zaman Es, “katanya. Dia
akhirnya memindahkan pencarian Missing Link ke Pulau Jawa setelah mendengar
temuan Manusia Wajak di Tulungagung oleh BD van Rietschoten pada 24 Oktober
1889. Kemudia Dubois menemukan tengkorak Manusia Wajak yang kedua,
ketidakpuasan masih sangat pekat menyelimutinya. Meski Manusia Wajak ini sangat
premitif, dia tetap manusia modern, “ujarnya. Ceritanya lain ketika Dubois
menekuni endapan – endapan purba di aliran Sungai Bengawan Solo. Tanpa diduga,
matanya menangkap akumulasi temuan fosil binatang didasar sungai.
Aliran sungai adalah
penggali terbaik karena erosi air yang telah menggerus sedimen purba. Inilah
jendela bagi Dubois untuk menengok masa lampau. Di endapan sungai purba ini
kronologi kehidupan selama jutaan tahun dapat dibaca. Hingga akhirnya ia sampai
di lekukan Sungai Bengawan Solo Trinil, Ngawi Jawa Timur. Nama Trinil meliputi
tiga desa yang menjadi obyek penelitian Dubois, yaitu Desa Kawu, Ngancar, dan
Gemarang yang hingga sekarang masih banyak ditemukan berbagai jenis fosil
dikawasan sungai pada saat musim kemarau.
Pada bulan September
1891 ditemukan gigi geligi primata purba, sekitar satu meter dari temuan
tersebut muncul temuan batu warna coklat kehitaman sebuah atap tengkorak
manusia!” Gigi dan atap tengkorak ini berasal dari manusia yang menyerupai
kera.
Tahun 1892 sekitar 15
meter dari temuan atap tengkorak, ditemukan pula tulang paha kiri yang
menunjukkan tingkat fosilisasi sempurna, yang sama temuan atap tengkoraknya,
meskipun mirip dengan tulang paha manusia modern. Hampir sempurna penemuan itu;
gigi geligiyang premitif, sebuah atap tengkorak yang mempunyai volume otak sekitar
900 cc yang terletak antara volume otak kera (600 cc) dan volume otak manusia
modern (1200 – 1400 cc) tengkoraknya sangat kecil tapi milik mahkluk masuk
dalam genus Homo (manusia) yang diimplikasikan sebagai bagian dari Homo erctus,
dan sebuah tulang paha kiri yang memberi kesan pemiliknya telah berjalan tegak.
Temuan tersebut oleh
Dubois diberi nama Pithecanthropus erctus (manusia kera berdiri tegak). Hingga
saat ini nama yang diberikan Dubois masih tetap dipertahankan, sejauh dipakai
dalam konteks historis dan geografis, Pithecanthropus erctus adalah Homo
erectus dari Jawa. Kemudia ditemukan Pithecanthropus lain diberbagai bagian
dunia. Mauer (Jerman) dan Zhoukoudian (China). Fosil ini dimasukkan dalam genus
Homo Erectus, yang mulai muncul kedunia pertama kali pada periode 1,8 juta
tahun yang lalu di Afrika dan menyebar ke seluruh permukaan dunia hingga
mencapai Pulau Jawa, dan punah sekitar 100.000 tahun silam.
Saat ini Trinil berdiri sebuah museum yang menempati area seluas tiga hektar, dimana koleksinya di antaranya fosil tengkorak Pithecantrophus erectus, fosil tulang rahang bawah macan purba (Felis tigris), fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba (Stegodon trigonocephalus), dan fosil tanduk banteng purba (Bibos palaeosondaicus). Situs ini dibangun atas prakarsa dari Prof. Teuku Jacob ahli antropologi dari Universitas Gadjah Mada.
Saat ini Trinil berdiri sebuah museum yang menempati area seluas tiga hektar, dimana koleksinya di antaranya fosil tengkorak Pithecantrophus erectus, fosil tulang rahang bawah macan purba (Felis tigris), fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba (Stegodon trigonocephalus), dan fosil tanduk banteng purba (Bibos palaeosondaicus). Situs ini dibangun atas prakarsa dari Prof. Teuku Jacob ahli antropologi dari Universitas Gadjah Mada.
Situs Museum Trinil
dalam penelitian merupakan salah satu tempat hunian kehidupan purba pada zaman
Pleistosen Tengah, kurang lebih 1,5 juta tahun yang lalu yang terdapat di kota
Ngawi. Situs Trinil ini amat penting sebab di situs ini selain ditemukan data
manusia purba juga menyimpan bukti konkrit tentang lingkungannya, baik flora
maupun faunanya.
Spot
Attraction Museum Trinil
- Diorama manusia purba dan replika tengkorak manusia purba
Wisatawan dapat menimba informasi lebih jauh dengan
melihat koleksi museum yang berjumlah sekitar 1.200 fosil yang terdiri dari 130
jenis. Museum Trinil memamerkan beberapa replika fosil manusia purba, di
antaranya replika Phitecantropus Erectus yang ditemukan di Karang Tengah
(Ngawi), Phitecantropus Erectus yang ditemukan di Trinil (Ngawi), serta
fosil-fosil yang berasal dari Afrika dan Jerman, yakni Australopithecus
Afrinacus dan Homo Neanderthalensis. Kendati hanya berupa replika, namun fosil
tersebut dibuat mendekati bentuk aslinya. Sementara fosil-fosil yang asli
disimpan di beberapa museum di Belanda dan Jerman.
- Gading gajah purba
Selain fosil manusia, museum ini juga memamerkan fosil tulang rahang bawah
macan (Felis Tigris), fosil gigi geraham atas gajah (Stegodon Trigonocephalus),
fosil tanduk kerbau (Bubalus Palaeokerabau), fosil tanduk banteng (Bibos
Palaeosondaicus), serta fosil gading gajah purba (Stegodon Trigonocephalus).
Fosil-fosil hewan ini umumnya lebih besar dan panjang daripada ukuran hewan
sekarang. Misalnya saja fosil gading gajah purba yang panjangnya mencapai 3,15
meter, bandingkan dengan gajah sekarang yang panjang gadingnya tak lebih dari
1,5 meter.
- Monumen penemuan Pithecanthropus erectus
Di halaman museum juga terdapat monumen penemuan
Pithecanthropus erectus yang dibuat oleh Dubois. Pada monumen tersebut
tertulis: P.e. 175m (gambar anak panah) ONO (arah timur laut), 1891/95″. Maksud dari tulisan tersebut adalah,
Pithecanthropus erectus (P.e.) ditemukan sekitar 175 meter dari monumen itu,
mengikuti arah tanda panah, pada ekskavasi yang dilakukan dari tahun 1891
hingga 1895.
- Patung Gajah Purba
Menginjakkan kaki di halaman museum, wisatawan akan
disambut oleh gapura museum dengan latar belakang patung gajah purba. Patung
gajah ini cukup besar untuk ukuran gajah sekarang, dengan gading yang sangat
panjang, dan anatominya lebih mirip Mammoth tetapi tanpa bulu.
Patung Gajah Purba |
Management
Museum Trinil
Kabupaten Ngawi banyak
memiliki potensi dan Obyek daya tarik wisata. Obyek wisata di kabupaten Ngawi
secara cluster dibagi menjadi 2 (dua) kawasan, yaitu KENEBEJO dan JATIPANGAWITAN.
Pengembangan kawasan Kenebejo difokuskan pada kawasan lereng gunung lawu untuk
kegiatan wisata alam, pertanian, perkebunan, dan wisata agro. Obyek wisata
dilokasi Kenebejo antara lain Kebun Teh Jamus, Air Terjun Jumok/Pengantin, Air
Terjun Suwono, Sumber Air Panas Ketanggung, Rumah Batu, Air Terjun Srambang,
Sumber Air Nogo, Bumi Perkemahan Selo Ondo, serta Gunung Warak. Dikawasan
Jatipangawitan yaitu mulai dari karangjati sampai dengan mantingan terdapat
beberapa obyek yaitu : Waduk Sangiran, Waduk Pondok, Tawun, Benteng Pendem,
Trinil, dan Monumen Soerjo.
Museum Trinil dikelola oleh Dinas Pariwisata,
Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (DISPARIYAPURA) Kabupaten Ngawi, Sebagai
pelaksananya yaitu UPT MUSEUM TRINIL sejak Mei 2013.
DISPARIYAPURA
KABUPATEN NGAWI
Jl.
Teuku Umar No.12 Ngawi
UPT
MUSEUM TRINIL
|
Estimasi
Length Of Attraction Museum Trinil
Spot
Attraction
|
Length Of
Attraction
|
Diorama manusia purba dan replika tengkorak manusia
purba
|
20 Menit
|
Gading gajah purba
|
3 Menit
|
Monumen penemuan Pithecanthropus erectus
|
5 Menit
|
Patung
Gajah Purba
|
3 Menit
|
Problematika
- Kurang jelasnya tanda papan petunjuk dari jalan ateri menuju Museum Trinil
- Akses jalan masuk agak rusak sepanjang 3km
- Kurangnya informasi dalam bentuk brosur/flyer
- Toilet tidak terawat
- Area playground tidak terwat, banyak wahana yang rusak dan sudah tidak layak pakai
Route
Map
Keterangan
:
|
Photo
Galery
Gerbang masuk area Museum Trinil |
Kantor Museum Trinil |
Pintu masuk Museum Trinil |
Fosil atap Tengkorak dan tulang paha kiri Pithecanthropus Erectus |
Aula Outdoor |
0 komentar:
Posting Komentar